Benarkah GEN-Z Lemah?

February 1, 2025

Istilah Gen Z pertama kali diperkenalkan jurnalis Bruce Harovitz pada tahun 2012-yang diambil dari sebutan Generasi Z dan dikenal sehari-hari dengan zomers. Mengutip CNN News, rentan tahun lahir Gen Z yakni antara 1997 sampai 2012, sebagian besar Generasi Z adalah anak-anak dari Generasi X atau Milenial yang lebih tua. Generasi Z lahir diawal abad ke 21, ini menjadikan Gen Z sebagai generasi pertama yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital di usia muda.

Tentu, kita berpikir dari mana asal stigma Gen Z Lemah ini berasal? Bila menilik lebih jauh, pencetus label “Lemah” pada Gen Z sering kali datang dari generasi sebelumnya yang tidak sepenuhnya memahami tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini.

Banyak orang tua dari generasi sebelumnya mungkin merasa bahwa anak-anak mereka “terlalu lembut” atau “tidak cukup tangguh” karena tidak menghadapi tantangan yang sama seperti ketika mereka masih kecil.

Lantas, benarkah Gen Z Lemah?

Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP) Sandersan Onie mengungkapkan bahwa mental gen Z saat ini memang lebih rentan depresi. Hal ini diperkuat oleh Psikolog klinis dari Klinik Anak dan Remaja Sajiva di RSJ Dharmawangsa Mira Amir yang membenarkan kerentanan masalah mental yang dialami gen Z.
Namun Aktivis HAM dan penggiat inklusi Bahrul Fuad, berbeda pendapat. Ia mengungkapkan bahwa hal itu hanyalah stigma. Cap ini terjadi lantaran perhatian dan kesadaran soal kesehatan mental di masa lalu belum seperti sekarang. Saat ini, gen Z dianggap lebih sadar soal kesehatan mental sehingga dikit-dikit beralasan kesehatan mental.

 

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi stigma lemah pada Gen Z:

  1. Generasi paling boros.
  2. Suka berfoya-foya.
  3. Minim literasi keuangan.
  4. Gaya hidup konsumtif
  5. Penggunaan teknologi yang berlebihan.
  6. Gaya hidup kurang aktif.
  7. Tingkat stress yang tinggi.
  8. Kurangnya perhatiaan orang tua.

 

Menghadapi permasalahan ini, peran orang tua sangatlah dibutuhkan agar tetap bisa terhubung dan memantau perkembangan Gen z diantaranya:

  1. Awasi anak dalam penggunaan internet.
  2. Memberi arahan agar tidak ketergantungan pada gadget.
  3. Mendorong kreativitas dan kemandirian.
  4. Mempromosikan komunikasi terbuka dan empati.

 

Media juga ikut berpengaruh dalam menciptakan stigma Gen Z, adapun beberapa bahasan mengenai lemahnya GEN Z sering dimuat dalam beberapa survei dan pernyataan ahli:

  1. Hasil Survey Jakpat (Aplikasi survey online No 1 di Indonesia).
    Terdapat 59.1% Gen Z mengalami kesehatan gangguan mental, sementara angka lebih kecil berada di generasi milenial yakni 38.9%, dan 24,1% di generasi X. Hasil survei ini diambil berdasarkan 1870 responden.
  2. Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan jiwa (PDSKJI)
    PDSKJI menyebutkan, kebanyakan Gen z yang dibayangi masalah mental merupakan hal kompleks. Berbagai faktor bisa melatar belakangi laporan tersebut, termasuk isolasi sosial dan paparan media sosial.
  3. Pusat pelaporan analisis transaksi keuangan (PPATK)
    Sebanyak 191.380 anak di rentang usia 17–19 tahun terlibat dalam judi online dengan 2,1 juta transaksi mencapai Rp282 miliar. Mirisnya lagi, sebanyak 1.160 anak berusia kurang dari 11 tahun diketahui telah melakukan 22.000 transaksi judi online dengan nilai transaksi sedikitnya mencapai Rp. 3 miliar. Kemudian, ada 4.514 anak usia 11-16 tahun melakukan 45.000 transaksi judi online bernilai total Rp7,9 miliar.
    “Kami menemukan luar biasa banyak transaksi pada anak-anak terkait judi online. Semua itu anak usia sekolah yang sedang menimba ilmu di bangku pendidikan atau sedang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia.,” ungkapnya.
  4. IDN Times Riset
    Menemukan 74% manajer menganggap Gen Z sulit diajak bekerja sama, namun memiliki inovasi besar dan nilai transparansi serta etika. Gen Z senang berpindah pekerjaan karena gaji kurang memadai, pemutusan hubungan kerja yang masif, dan pandangan berbeda dalam memilih perusahaan.

 

Adapun beberapa menolak stigma Gen Z lemah

  1. The Economist Newspaper LTD (London)
    Menggambarkan generasi Z sebagai generasi yang lebih berpendidikan, berpengetahuan luas, berperilaku baik, dan bisa mengendalikan stres hingga depresi.
  2. CNN
    Gen Z dikenal lebih mandiri ketimbang generasi sebelumnya, mereka tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu bagaimana mereka membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat kerja generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.
  3. Study Goldman Sach
    Generasi Z benar-benar generasi pertama dunia digital. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform. Tapi lebih kepada cara hidup.
  4. CNBC
    Gen Z merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka mudah dan cepat dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi.

Setelah menelaah berbagai sudut pandang tentang generasi satu ini, apakah Generasi Z sebagai generasi lemah itu fakta atau hanya mitos belaka?